Aku salah satu murid yang masuk sekolah dasar pada tahun 2000an, tepatnya pada pertengahan tahun di 2000. Bisa dikatakan masuk sekolah dasar pada usia tujuh tahun, dan memang itu adalah usia yang ideal terlebih pada tahun itu sangat jarang sekali orang tua menyekolahkan di taman kanak-kanak, mereka lebih memilih sekolah dasar untuk menghemat biaya, begitupun dengan diriku.

MEMBELI BEBERAPA BUKU TULIS

Sekolah dasar untuk kelas satu memang tidak ada pelajaran khusus yang diharuskan untuk membeli buku teori, namun yang diperlukan saat itu ialah buku tulis kosong untuk beberapa mata pelajaran yang dipelajari, seperti menulis dan juga menghitung. 

Untuk lima buah buku rasanya sangat cukup, ingat sekali dulu diajak oleh orang tua membeli buku tulis satu pak yang berisi sekitar enam buah di cikampek, jika dari rumah jaraknya memang cukup jauh sekitar 30km, saat itu kami menggunakan angkutan kota.

Hiruk pikuk pasar yang ramai, tak mematahkan semangat karena dalam waktu beberapa hari lagi akan sekolah, buku tulis berwarna cokelat keorange-an dengan gambar animasi burung hantu sangat jelas sekali ingatanku, belum lagi jika buku tersebut di buka dan mencium baunya, rasanya ingat sekali hingga hari ini.

PERSIAPAN DIPAGI HARI

 Aku bukan masuk SD negeri seperti kebanyakan orang, kala itu masuk di Madrasah ibtidaiyah memang tidak ada bedanya, hanya saja pelajarannya agak lebih banyak karena ada pelajaran agama juga, jadi kelebihannya tidak usah ikut kelas agama lagi di jam dua siang.

Baju putih dan celana hitam dipakaikan ketubuhku, ibu semangat sekali kala itu sembari merapihkan baju dilenganku yang kebetulan agak kebesaran ukurannya, menuangkan sedikit bedak ditangannya dan diusapkan ke wajah.

Jarak sekolah yang hanya beberapa meter dari rumah membuat kami tidak usah pergi terlalu pagi, namun ternyata setelah sampai disekolah beberapa orang tua sudah ada didepann kelas, berada diluar memandangi anaknya yang menjadikan momen terindah pertama kali masuk sekolah.

Aku masuk kekelas ditemani oleh ibu, duduk dibaris kedua namun dari belakang, kami tidak telat tapi orang lain sudah masuk terlebih dahulu untuk mencari bangku paling depan mungkin.

BAPAK GURU MENYAPA UNTUK PERTAMA KALINYA

Cung yang tadi mandinya sendiri, pak guru bertanya kesemua murid yang jumlahnya tidak lebih dari 25 orang, beberapa mengacungkan tangan termasuk diriku yang sebenarnya ini merupakan tindak kebohongan untuk pertama kalinya disekolah.

Dengan ragu mengacungkan tangan, dan ibu yang menggunakan pakaian biru muda melihatku dari jendela dengan wajah tersenyum, akupun tersenyum balik karena kami tahu bahwa aku tidak bisa mandi sendirian, masih dimandikan oleh ibu.

Hari pertama sekolah tidak banyak yang diingat, hanya hal itu saja yang teringat. Sungguh luar biasa sekali, suatu kebanggaan bagi aku bisa bersekolah dengan ekonomi keluarga yang aku tahu betul tidak sedang baik baik saja.