Part VI 

Jujur bulan ini bulan yang penuh emosi sekali, saya bekerja di perusahaan yang memang sedang mendapatkan project yang lumayan besar dari perusahaan pembuat mobil merk M. Minggu demi minggu hingga bulan demi bulan saya dan juga team berkutat untuk mendapatkan kualitas yang bagus, yes customer pasti menginginkan kualitas barang yang bagus.

Selalu dalam satu bulan ada saja customer datang ke kantor untuk melakukan pengecekan bersama, barang yang kami buat itu sesuai dengan kualitas yang mereka inginkan atau tidak. itu dilakukan dalam satu tahun terakhir ini, hingga akhirnya kami mendapatkan kualitas apa yang diinginkan customer ini, yap kualitas 100%.

Namun kualitas barang yang sudah 100%, seharusnya langsung approval, tapi customer ini selalu saja membuat pertemuan seenak dewek, dan dalam waktu yang berdekatan. part yang dibuat itu sepengalaman saya tidak akan benar-benar murni 100%, pasti ada nilai rendah dan tinggi, namun akurasinya pasti diatas 95%, toh yang 5% itu bukan bagian yang amat penting bagi kendaraan, itu lebih ke visual atau akurasi yang nilainya lebih dari toleransi tapi secara fungsi tidak akan ada efeknya.

Hingga sekarang customer ini (sebut saja big shaw & milhouse) sering sekali bulak-balik datang ke perusahaan untuk melakukan pengecekan yang sebenarnya tidak perlu-perlu amat. Saya mendengar kabar-kabar yang sumbernya dapat dipercaya bahwa mereka itu sebenarnya hanya mencari alasan untuk lemburan saja.

Kok bisa? 

Jadi seperti ini, project ini bagi perusahaan M adalah project yang besar, oleh karena itu perusahaan tak segan menggelontorkan budget besar atau modal demi penunjang barang yang dihasilkan OKE. Nah, staff yang ditugaskan untuk mengontrol supplier inilah seakan mendapatkan durian runtuh, apalagi kalau bukan lemburan.

Dibandingkan kerja di kantor yang pasti akan pulang ontime, dan juga memang tidak ada yang bisa dikerjakan lagi, namun jika orang-orang ini pergi ke supplier, mereka biasanya memanipulasi data absen. Misalnya pergi ke supplier pada jam kerja misal dari jam 10 pagi dan pulang sebelum jam kerja berakhir, mereka lebih memilih pulang kerumah dan melakukan absen secara online di jam 10 malam atau lebih, artinya dari satu hari kunjungan saja bisa mendapatkan lebih dari 5 jam kerja lembur. Berkali-kali lipat jika berkunjung ke supplier dengan frekuensi yang sering.

Gaji yang hanya setara staff kurang dari 2 digit, mereka bisa memaksimalkan lemburan hingga tiga kali lipat gaji pokoknya. saya sih terserah mereka, mau lembur hingga beratus-ratus jam, tapi setidaknya mereka pun harus tahu orang yang bertemu mereka disini juga memiliki kesibukan internal, tidak melulu hanya mengurus mereka saja.

Saking gedegnya, saya malas sekali bertemu dengan mereka, yang saya yakin itu hanya akal bulus mereka saja untuk mendapatkan lemburan sebanyak mungkin. Sudah mah seenak dewek kemari, harus memesankan makanan yang ribetnya minta ampun pengajuan tanda tangan kesana kesini, dan yang lebih malasnya lagi mereka itu ngebossy, alias seperti layaknya boss, minta itu ini, yang padahal mereka pun bisa kerjakan sendiri. 

ya tuhan, saya harap orang-orang ini di ganti saja, atau ada perputaran di internal mereka. Mereka tahu tidak sih, setiap mereka datang bukan saya saja yang gondol juga kesal, tapi hampir setiap orang diperusahaan ini, karena sifatnya yang kaku dan kekeh atas pendiriannya. Jarang sekali menerima pendapat yang memang bertentangan dengan statmennya.

Baca Juga : Tiba-tiba Kesel sama Customer yang seenak dewek Ngebossy