Pendidikan bisa didapat baik itu melalui jalan formal ataupun non formal, misalnya wajib sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas adalah salah satu pendidikan formal dan pendidikan non formal bisa didapat dari kursus, pelatihan diluar jam sekolah ataupun pesantren.

Pada artikel kali ini saya ingin sedikit bercerita seputar pengalaman ketika masuk pesantren hingga beraktifitas selama berada dilingkungan pesantren.

PESANTREN BUKANLAH PENJARA!
Anak remaja usia sekolah biasanya mengganggap pesantren itu seperti penjara, mereka bahkan menganggap jika kedua orang tuanya memasukkannya ke sebuah pesantren itu seperti mengasingkan. Padahal itu tidaklah benar, pesantren itu pendidikan yang sifatnya nonformal dan mayoritas belajar tentang keagamaan islam secara mendalam, disini juga santri akan diajarkan bagaimana belajar hidup mandiri, mungkin jika anda masih menganggap pesantren itu sebuah penjara bisa simak cerita ini hingga akhir.

PESANTREN ADA 2 JENIS
Pesantren terdapat dua jenis yakni pesantren salafiyah (salafy) dan pesantren modern. Perbedaannya cukup jauh, pesantren dengan salafiyah itu sifatnya lebih mandiri, misalnya mencuci pakaian atau memasak itu dilakukan sendiri atau bekerjasama dengan teman, sedangkan pesantren moderen biasanya memasak dan mencuci pakaian sudah ada yang melakukannya dan santri hanya tinggal makan dan fokus belajar saja.

Namun kebetulan atau memang disengaja saya masuk pesantren salafiyah, hampir semuanya dilakukan sendiri, mulai dari memasak, mencuci, merapihkan pakaian dan lain-lain. Jadi jika memilih lebih baik mana? saya lebih memilih salafiyah, sifat kemandirian akan lebih melekat pada seorang santri dibandingkan yang moderen, tapi sekarang banyak orang tua santri yang lebih pesantren moderen dengan alasan praktis dan bisa lebih fokus belajar walaupun biaya bulanannnya lebih mahal. Tapi jangan salah, selama saya pesantren tepatnya sambil sekolah SMP tidak pernah ranking dua dikelas, alias saya selalu rangking pertama dikelas selama masuk SMP hingga lulus, alhamdulilah kemandirian mengajari untuk lebih menghargai waktu, saya bisa mengatur mana waktu untuk belajar ilmu di pensatren, ilmu disekolah, berbagi waktu mencuci, memasak bahkan bermain dengan teman lainnya.

MASUK PESANTREN
Malam sebelum pergi ke pesantren adlah malam yang penuh dengan kesedihan, yaa saya berpisah dan berpamitan dengan teman sepengajian dimesjid. Lulus dari sekolah dasar orang tua memang sudah lama berencana untuk mengirim ke sebuah pesantren, ayah yang dulu pernah menjadi santri pastinya ingin anaknya juga bisa mengenyam pendidikan khususnya agama di pesantren agar tahu bahwa hidup itu semata-mata bukanlah untuk mencari duniawi saja, melainkan mempersiapkan segalanya sebelum hidup kekal diakhirat nanti.

Pukul dua siang saya bersama ayah dan almarhum kakek berangkat dari rumah menggunakan angkot, membawa tas besar berisikan pakaian, alat tulis, peralatan mandi dan kebutuhan lain. Rasanya saya belum siap untuk menjalani kehidupan baru ini, tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin menolak. Saya masuk ke pesantren Al-Hasan yang berada di Cikampek dan memang disini juga akan sekolah SMP (Mts/tsanawiyah).

Sesampainya di pensatren saya duduk dan memperkenalkan diri didepan pengasuh pondok pesantren, diserahkan secarik kertas yang berisikan janji-janji santri. Saya bergetar ketika membacanya karena disana tertuliskan sumpah bahwa harus mentaati segala peraturan dipesantren.

Setelah itu saya dibawa ke sebuah kobong (rumah santri) yang akan menjadi tempat tinggal, ayah saya meminta diperlihatkan bagaimana menu makanannya disini, dan dibawakanlah sebuah piring dengan nasi dan rendang telur yang bahkan tidak ada kuahnya sama sekali, saya yang kurang suka rendang telur sedikit bergidik tidak nafsu, mungkin jika ada kuah rendangnya saya bisa sedikit menikmatinya, itupun jika dirumah.

Akhirnya ini menjadi saat yang paling sedih, ayah dan kakek meninggalkan dan melepaskan saya ke dunia yang baru, mereka tersenyum dan bahkan kakek mencium kedua pipi dengan penuh semangat dan haru seakan berkata, ya allah semoga anak ini menjadi anak yang membanggakan dan bisa menyebarkan ilmu agama islam kelak.

AWAL KESEHARIAN DI PESANTREN
Satu hingga dua hari awal masuk pesantren saya menjalaninya dengan tenang, bertemu dengan teman baru, pengurus pensatren yang membimbing bagaimana harus terbiasa dengan aktifitas baru dan suasana pesantren yang amat berbeda dengan lingkungan rumah dulu.

Pesantren Al-Hasan ini salafiyah, kobong-kobongnya terpisah dan ada beberapa yang berdampingan, namun kebetulan saya berada dikobong yang terpisah dari kobong lain, sehingga disini tidak ada yang namanya berisik dari kobong sebelah, maklumlah kebanyakan santri masih anak sekolah menengah pertama yang memang secara sengaja mereka itu pesantren sambil sekolah, dan pastinya suka sekali bercanda hingga berisik.

Suasananya asri dan teduh karena banyak pepohonan mangga yang rindang dan lebat, bahkan jarak antara pohon mangga hanya tujuh hingga sepuluh meter, terdapat banyak kolam ikan kira-kira panjangnya limapuluh kali duapuluh meter, tapi ada juga yang berukuran sepuluh kali lima meter, orang sunda biasanya menyebutnya 'Balong'. airnya jernih kehijauan karena lumut, airnya mengalir dari irigasi citarum.

dipinggir balong terdapat areal untuk mencuci pakaian, yaa santri disini mencuci pakaian dan wudhu dilakukan dibalong ini, awalnya saya merasa tidak terbiasa, rasa airnya sedikit bau amis, namun lambat laun terbiasa. Untuk mandi dan buang air disediakan kamar mandi tertutup, namun airnya masih sama yaitu dari air irigasi, kamar mandi ini bukanlah kamar mandi perseorangan namun untuk digunakan bersama-sama, tentunya mandinya menggunakan pakaian sebatas aurat bukan telanjang bulat. Kami bukan seperti dikota yang mandi bersama walaupun sesama pria telanjang bulat, kami masih menggunakan pakaian karena itu adalah aurat dan akan dosa jika terlihat walaupun sesama pria, jadi intinya santri boleh dikatakan sembilan puluh persen beraktifitas dibalong untuk mandi cuci kaktus, padahal disediakan juga kamar mandi perseorangan dengan air bersih atau air Jetpam, tapi karena sering tidak keluar airnya jadi kembali lagi ke balong.

PENGALAMAN BERINTERAKSI DENGAN JIN
Tiga hari sejak berada dipensatren tepatnya malam ketiga saya dibangunkan oleh senior yang menjadi ketua kobong, saya melihat jam dan ini pukul dua belas malam kurang sepuluh menit, saya pikir ini ada jadwal mengaji dan masa iya jam dua belas malam? padahal malam pertama dan kedua tidak ada jadwal mengaji malam hari.

Saya menuju kobong yang ditunjukan, kala itu jalanan antar kobong satu dan kobong lain gelap, hanya menyisakan setitik cahaya dari lampu kobong lain, saya khawatir terjatuh kebalong atau menginjak ular karena memang sebelah barat lingkungan pesantren berdampingan dengan area persawahan yang luas sebelah utara adalah kebun yang gelap walaupun siang hari dan disusul irigasi citarum. Setelah sampai dikobong tujuan ternyata santri lain sudah berkumpul duduk dan saya pun ikut duduk, pengurus seperti marah melihat kesemua santri, ternyata ada seorang santri yang membobol lemari santri lainnya dan mengambil uangnya, pengurus mengintropeksi semua santri untuk berkata jujur siapa yang melakukan hal tersebut, setelah setengah jam pun tidak ada yang mengaku. Akhirnya pengurus mengambil jalan lain, yaitu mendatangkan JIN yang sudah lama menghuni pesantren dan memang sudah lama bekerja sama dengan ajengan (pengasuh pondok pensatren).

Saya kaget mendengarnya, awalnya saya kira malam-malam ada pengajian khusus ternyata ini adalah acara untuk mengetahui santri yang mencuri uang dari santri lain. Wajah semua santri ada yang terlihat kaget dan cemas-cemas takut, ada juga yang biasa saja, mungkin yang masih barulah yang merasa takut, dan bahkan mereka tidak pernah bertemu dengan jin manapun sekalipun.

Semua lampu dimatikan, gelap gulita hanya ada siluet pengurus didepan pintu kobong karena memang diluar ada sedikit cahaya bulan walau bukan purnama, pengurus seperti mengucapkan sesuatu, mungkin itu adalah doa untuk memanggil jin atau apalah saya tidak tahu, mendengus-dengus dan ada sedikit raungan seperti macan yang terdengar dari pengurus santri, beliau berkata bahwa ini adalah jalan terakhir untuk mengetahui siapa yang mencuri, dengan memanggil jin akan terkuak, karena mereka adalah jin muslim sahabat pengasuh yang saling bantu, jin biasa melihat aktifitas manusia tapi manusia tidak bisa melihat aktiftas jin, karena itulah bisa jadi jin yang didatangkan tahu siapa pelakunya.

Dalam keadaan gelap, terdengar seperti kerikil atau pasir berjatuhan dari atap genteng, setelah itu ada yang mencakar-cakar dinding kobong yang kala itu terbuat dari anyaman bambu, suara cakarannya perlahan-lahan dari belakang hingga depan, padahal semua pengurus ada didepan pintu kobong dan tidak ada yang hilir bulak balik kebelakang kedepan. Suara itu berlangsung sekitar dua menitan dan membuat bulu kuduk merinding, bahkan saya menutup mata tidak ingin melihat apa yang terjadi. Akhirnya lampu dihidupkan kembali, namun tidak sampai situ, karena santri akan diintrogasi bersama Jin dan bukan didalam ruangan ini, melainkan satu persatu didalam ruangan kobong lain.

Satu persatu santri dibawa ke kobong sebelah, dua kobong setelah kobong yang sedang menjadi tempat berkumpul, lampu dimatikan dan hanya satu santri yang akan berkomunikasi dengan jin. Saya ingat santri pertama yang dipanggil itu Afdal, dia bercerita bahwa dia dibawa kekobong dan masuk seorang diri duduk ditengah ruangan tepatnya duduk dibawah sejadah, sebelah kanannya ada sebuah golok dan sebelahnya lagi sebuah tasbih, setelah itu lampu dimatikan, Afdal tidak boleh bergerak selama sedang berkomunikasi dengan Jin tersebut atau golok dan tasbih akan melayang disampingnya. Ketika sudah siap, maka pengurus akan menutup pintu dan saat itulah introgasi dimulai, dalam keadaan gelap ada suara seperti orang jatuh dari atas plafon, terdengar punggung yang terjatuh dan itu sangat terdengar keras hingga ke kobong dimana kami berkumpul. Afdal berbincang dengan Jin dengan suara nenek-nenek namun tidak terlihat jelas rupanya karena memang gelap, saya merasa itu benar Jin, karena  tidak ada nenek-nenek dilingkungan pesantren.

Mendegar cerita Afdal yang sudah menjadi orang pertama diintrogasi oleh Jin, saya semakin ketakutan, mengapa harus begini awal-awal berada di pensatren, saya tidak mau menjalani introgasi, selain karena takut saya ini masih baru dan tidak mungkin melakukan hal-hal negatif bahkan mencuri. Santri kedua masuk dan tujuh menit kemudian selesai, dia juga berkata hal sama namun bedanya dia berbincang dengan seorang kakek. Jantung semakin berdetak kencang karena takut, saya bahkan berencana ingin berhenti pesantren jika orang tua menjenguk nanti.

Setelah santri kedua selesai, pengurus mengatakan proses introgasi akan memakan waktu lama karena jumlah santri yang berkumpul puluhan jumlahnya, maka rencana kedua adalah menggiring santri berjalan ketepi irigasi citarum dan siapa pelakunya akan terperosok ke irigasi tersebut, mungkin Jin lah yang bertugas mendorong. Kaki dan lengan mulai lemas mendengar itu, saya melihat pengurus mengobrol seperti berdiskusi, dan akhirnya rencana dibatalkan. Mereka tidak menjelaskan mengapa dibatalkan, namun kami pulang ke kobong masing dan bergegas untuk istirahat.

Keesokan harinya saya mendengar bahwa pelaku sudah diketahui dan santri yang mencuri tersebut kabur dari lingkungan pesantren tanpa diketahui, sungguh melegakan, mungkin jika belum diketahui prosesi seperti malam tadi akan kembali berlangsung malam ini.

AKTIFITAS MENGAJI HARIAN
Aktifitas harian yang dilakukan santri adalah mengaji sesudah shalat lima waktu. Sesudah subuh mengaji alquran untuk kelas persiapan (kelas pertama dipesantren, santri baru kurang dari setahun) untuk kelas satu keatas mengaji dimulai pukul enam pagi hingga delapan pagi. Setelah itu pukul tujuh pagi santri kelas persiapan mengaji kitab kuning Al-jurumiyah.

Jadi untuk aktifitas mengaji dipesantren dipisahkan berdasarkan kelas, dan setiap kelas pelajarannya pun berbeda, mulai dari dasar hingga rumit, tidak semua disatukan. Setelah pukul delapan semua santri bisa beraktifitas bebas, santri bisa mencuci, memasak dan bermain, asalkan tidak keluar dari lingkungan pesantren. Biasanya saya mengerjakan PR sekolah diwaktu senggang ini, kebetulan sekolah bagian siang, atau jika tidak menghafal kitab.

Setelah dzhur mengaji hingga ashar, dan setelah ashar pun mengaji hingga pukul lima sore, setelah itu santri bisa mandi atau masak, setiap kobong memiliki tugas piket masak, jadi misalnya hari ini saya dan dua orang teman saya piket masak, dan besoknya siapa. Tiga orang yang bertugas memasak pun dibagi kembali, ada yang mencari kayu bakar dikebun, satu lagi mempersiapkan menu makanan dan satunya lagi mempersiapkan api ditungku buatan yang sifatnya semipermanen, jadi bukan kompor atau dapur tempat kami memasak, tapi kami memasak bisa dikebun, tepi sawah, tepi irigasi, pinggir balong, atau manapun. Tungku dibuat dari tumpukan batu bata yang disusun, lalu dibawahnya bertumpuk kayu bakar, pertama biasanya memasak nasi dengan alat masak kastrol, takaran air dan beras sangat unik disini, dua garis jari dalamnya beras dalam kastrol, maka airnya satu garis jari, artinya beras dan air itu dua banding satu, dan dari sinilah saya bisa memasak hingga sekarang ini. Menu lauknya dimasak setelah nasi matang, karena memasak lauk tidak selama memasak nasi. Lauk yang dimasak bisa jadi membelinya diwarung, atau bisa memanfaatkan alam sekitar, misalnya kangkung liar dipesawahan, genjer, udang dibalong, tutut ataupun apa saja yang bisa disajikan untuk pendamping nasi, tapi tidak untuk ikan yang dipelihara dibalong, karena itu ada pemiliknya dan santri dilarang keras untuk menangkap ikan dibalong, kecuali ikan gabus atau ikan sepat yang memang bukan ikan ternak.

Sebelum magrib menu makan malam siap tersaji dan kami segera memakan hangat-hangat diatas daun pisang yang dibentangkan, yaa setiap hari santri makan seperti nge-liwet dan seperti inilah nikmatnya pesantren salafiyah, semua dilakukan mandiri dan bekerja sama.

Setelah magrib pun mengaji seperti biasa, hingga isya. Setelah isya pun mengaji kembali hingga pukul sembilan malam atau jika kelas dua keatas bisa sampai pukul sepuluh malam. setelah pukul sembilan malam saya bisa mengerjakan PR sekolah hingga maksimal pukul sebelas, tapi ada saja santri yang tidak mengerjakan PR sekolah dengan alasan mengantuk. Tapi bagi saya sekolah dan pesantren itu penting, sekolah adalah ilmu dunia dan pesantren ilmu akhirat yang harus balance diantara keduanya, maka tak heran saya selalu rangking pertama dikelas, seharusnya mereka lah yang tidak pesantren sambil sekolah bisa rangking pertama, mengingat lebih banyak waktu dirumah dibandingkan dipesantren yang mana waktupun sangat berharga. Alhamdulilah bukan saya saja yang mendapatkan rangking pertama disekolah tapi ada beberapa teman santri yang bisa sampai tiga besar.

Hal diatas dilakukan setiap hari, jika santri yang tidak bisa mengatur waktu bisa kurang tidur nantinya, kecuali hari jumat pengajian diliburkan mulai dari malam jumat magrib, isya, besoknya setelah jumatan hingga ashar, dan kembali mengaji setelah magrib. Pada jumat inilah biasanya santri beraktifitas lebih, mereka diajarkan menanam padi, menanam jamur, bermain bola, dan aktiftas yang saya gemari dulu biasanya menanam tanaman kacang, cabai, tomat sekitar kobong, saya memang suka menghias sekitar kobong dengan tanaman yang berguna, selain itu saya lebih suka berpetualang mencari semangka dan gandum diseberang irigasi, walaupun itu milik orang lain, memetik buah kelapa ditengah sawah yang jaraknya lumayan jauh dari lingkungan pesantren, yaa kami kadang sedikit nakal keluar dari batas pesantren, namanya juga anak tiga belas hingga lima belas tahun. Bahkan jumat biasanya adalah hari mencuci pakaian bagi mereka yang mencuci pakaian seminggu sekali.

AKTIFITAS BELAJAR TAMBAHAN
Aktifitas tambahan berupa belajar qira'ah (melantunkan ayat al qur'an dengan nada-nada tertentu), muhadhoroh (acara belajar untuk ceramah, shalawat nabi), hafalan surat atau kitab-kitab tertentu. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali, misalnya qira'ah hanya pada hari selasa setelah shalat isya atau Muhadhoroh dilaksanakan setiap hari rabu setelah isya. Hal ini bertujuan agar nantinya santri bisa menjadi tokoh agama didalam masyarakat, khususnya disekitar rumahnya. Bayangkan nanti siapa yang akan meneruskan khutbah jumat atau shalat idul fitri dan idul adha didalam masyarakat.

Mengahafal kitab adalah bagian yang paling menakutkan, santri menghafal kitab yang ditentukan dan juga ditentukan dimulai dari mana hingga berakhir sampai mana hafalannya, santri diberi waktu seminggu untuk mengahafal, setiap minggu pagi setelah subuh wajib menyetorkan hafalan kitabnya, memang tidak banyak hafalannya sekitar satu halaman kitab yang ukuran kertasnya sama seperti buku tulis kecil. Menghafal dalam bahasa indonesia mungkin akan lebih mudah, namun ini dalam bahasa arab, akan sedikit kesusahan jika tidak terbiasa.

Lalu jika dalam waktu seminggu tidak hafal atau hanya sebagian yang hafal, maka akan dihukum oleh pengurus, hukuman berupa Ta'jir (dipermalukan agar jera), biasanya santri dipukul oleh sebilah bambu kecil pada bagian betis sebanyak sepuluh kali, namun tidak terlalu keras. Hal yang membuat malu adalah hukuman ini berlangsung ketika selesai acara muhadhoroh, didepan santriwati juga. Mungkin jika bukan santri tidak merasa malu, namun berbeda jika seorang santri yang bertemu lawan jenis apalagi sesama santri pasti akan malu, karena memang tidak terbiasa mengobrol antara santriawan dan santriwati, yaa itu sangat dilarang keras oleh pengurus. Ta'jir selain untuk menghukum bagi yang tidak selesai hafalannya, juga diberlakukan bagi santri yang masbuk (shalat berjamaah tertinggal rakaat dari imam) dan itu dilakukan lima waktu.

AKTIFITAS DILUAR BELAJAR
Aktifitas selain belajar tentang kitab-kitab kuning, santri juga belajar untuk menjadi seorang yang bisa mencari nafkah jika sudah tidak lagi pesantren. Pengurus biasanya mengajak santri untuk menanam padi disawah, bagaimana cara tandur (semai benih yang sudah dua minggu), memberi pupuk, panen, beternak ikan dibalong ataupun aktifitas fisik lainnya. Semua ini dilaksanakan pada hari minggu mulai pukul delapan hingga menjelang dzuhur, selain itu saya juga pernah mengikuti bela diri yang memang sengaja diadakan oleh alumni santri, yah itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Kebersamaan bersama teman-teman menjadi hal yang paling berharga, sudah seperti keluarga sendiri, bagaimana tidak sehari penuh dan bertahun-tahun selalu bersama-sama menjalani kehidupan sebagai santri.

PHBI (PERINGATAN HARI BESAR ISLAM)
Tahun baru muharram biasanya menjadi ajang perlombaan dalam kebaikan, istilahnya fastabiqul khairat yaitu berlomba-lomba dalam hal kebaikan, perlombaan pun bermacam-macam, mulai dari ceramah, hafalan surat, menerangkan kitab-kitab tertentu, qira'ah dan masih banyak lainnya. Acara ini berlangsung selama seminggu, sayangnya saya tidak bisa mengikuti perlombaan yang sudah sejak lama ditunggu yaitu menerangkan kitab Safinatun najah (kitab fiqih), padahal saya sudah lama belajar dan memahaminya, bahkan optimis setidaknya tiga besar jadi juara, namun apa daya saya sakit selama tiga hari dan tidak bisa berjalan.

Menjadi pemenang atau juara dalam lomba PHBI ini merupakan kebanggan tersendiri, pemenang akan maju kedepan ketika muhadhoroh dan diberi hadiah, saya melihatnya ketika tahun pertama menjadi santri, namun tahun kedua tidak bisa mengikuti perlombaan tersebut dan ini sangat sedih. Saya itu ingin menjadi yang utama dalam hal pendidikan diantara teman yang lainnya, misalnya disekolah SMP pun saya turut serta dalam perlombaan class meeting seperti cerdas cermat kelas atau lomba kaligrafi arab, dan alhamdulilah membuahkan hasil menjadi juara pertama lomba kaligrafi melawan tiga jenjang kelas (kelas VII, VIII, IX) dan juara kedua lomba cerdas cermat kelas VIII.

PASARAN DI BULAN RAMADHAN
Pasaran adalah kegiatan yang hanya diadakan pada bulan ramadhan, kegiatan ini yaitu mempelajari kitab yang berbeda dari biasanya. pasaran dilaksanakan setelah shalat fardhu seperti biasanya, dan dalam waktu kurang dari satu bulan kitab tersebut harus sudah tamat.

PERPISAHAN
Perpisahan disini bukanlah perpisahan keluar dari pesantren melainkan perpisahan sementara karena masuk jadwal libur, libur hanya sekitar dua minggu saja, seminggu sebelum lebaran dan seminggu setelahnya. Setelah pasaran selesai maka hal yang paling ditunggu adalah satu hari atau tepatnya malam sebelum besoknya pulang kerumah masing-masing untuk merayakan lebaran idul fitri, yaitu dilaksanakan acara perpisahan.

Acara perpisahan sangat meriah, ada sambutan dari pengasuh dan sisanya acara yang dibuat oleh santri seperti akting komedi ala santri, shalawatan dan bahkan bernyanyi lagu religi, dan masih banyak karena setiap grup atau kobong unjuk kebolehannya.

Perpisahan dilaksanakan setelah isya diaula pesantren, semua santri hadir menyaksikan kemeriahannya, dekorasi pun ramai dipasang disudut-sudut, ini menyatakan bahwa seluruh umat muslim akan merayakan kemenangannya, yaitu kemenangan dihari raya idul fitri.

AKHIR KATA
Menjadi santri adalah suatu kebanggaan tersendiri, sekali sudah menjadi santri tidak akan ada yang namanya bekas santri, gelar santri akan ada sampai akhir hayat. Jadi pesantren bukanlah seperti penjara yang dibayangkan, bukan tempat lahirnya teroris, disini terlahir penerus bangsa yang akan bergabung kedalam masyarakat. Meneruskan jejak kerasulan dan menyebarkannya kepenjuru negeri, jadi jangan takut menjadi santri.
Sebelah kanan adalah gedung sekolah Mts/Smp dan kiri adalah kobong santri, dan yang tengah itu adalah kobong dimana prosesi introgasi dengan Jin. Sumber : alhasan88.blogspot
Mesjid pesantren, memang baik itu mesjid kobong dan majlis dikelilingi balong dan banyak pohon mangga. Sumber : alhasan88.blogspot

Majlis pintu sebelah kanan dan sebelah kiri kantor pondok. Memang tampilannya seperti jaman dahulu, tapi saya suka karena sangat tradisional dan atapnya seperti mesjid di demak Banten, kental budaya islam. Sumber : alhasan88.blogspot